
Kamala Harris dan Donald Trump. FOTO/Erin Schaff/Pool via REUTERS dan REUTERS/Mike Segar
Hasil jajak pendapat Wall Street Journal menunjukkan mantan Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump, lebih dipercaya oleh pemilih untuk menangani krisis internasional dibandingkan Kamala Harris, kandidat dari Partai Demokrat.
Survei ini dilakukan di tujuh negara bagian yang menjadi medan perang.
Jajak pendapat ini dilakukan dari 28 September hingga 8 Oktober dengan partisipan 2.100 responden dan memiliki margin kesalahan kurang lebih 2,1 persen. Hasilnya menunjukkan bahwa Trump unggul atas Harris dalam dua isu internasional.
Pertama, soal invasi Rusia ke Ukraina. Trump memperoleh 50 persen dukungan. Sementara Harris memperoleh 39 persen. Kemudian isu perang Israel-Hamas masih diungguli Trump dengan 48 persen dukungan dibandingkan 33 persen untuk Harris.
Survei ini dilakukan di negara-negara bagian yang memiliki peluang potensi lebih besar dalam menentukan hasil pemilihan presiden mendatang. Yakni Arizona, Georgia, Michigan, Nevada, North Carolina, Pennsylvania, dan Wisconsin.
Mengapa Trump Lebih Unggul?
Dilansir dari laman USA Today, mengenai isu Timur Tengah, baik Trump maupun Harris sama-sama sepakat bahwa AS harus mendukung Israel. Namun keduanya berbeda dalam strategi bagaimana mengakhiri perang.
Trump yang mulanya mengkritik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berbalik dengan mengurangi nada kritikannya. Ia bahkan menyarankan agar Israel segera menyelesaikan perang tersebut. Sementara Harris menyerukan agar segera dilakukan gencatan senjata agar mengurangi korban sipil di Gaza dan Lebanon.
Mantan Wakil Peresiden AS ini juga mendukung bantuan militer untuk Israel. Akibatnya, ia mendapat tekanan dari kubu progresif Partai Demokrat yang meminta AS bersikap lebih tegas terhadap Israel.
Sementara itu, kedua kandidat memiliki pendekatan berbeda dalam kebijakan luar negeri. Trump kerap mendorong kebijakan isolasionis. Yakni mengurangi keterlibatan AS dalam urusan luar negeri dan skeptis terhadap bantuan bagi Ukraina. Dia juga kritis terhadap NATO, terutama soal kontribusi anggaran negara-negara anggotanya.
Sebaliknya, Harris menyatakan penting mempertahankan aliansi internasional dan kerja sama global. Sebagai bagian dari pemerintahan Biden, Harris mendukung alokasi lebih dari 100 miliar dolar AS untuk bantuan militer dan kemanusiaan bagi Ukraina. Ia berargumen bahwa Rusia akan memperluas agresinya ke negara-negara Eropa lain jika tidak dihadapi dengan tegas.
Kedua orang penting AS ini juga tak terlepas dari kritik. Harris mendapat kritik dari beberapa aktivis yang merasa pemerintahan Biden kurang tegas menekan Israel agar menghentikan serangan.
Di sisi lain, Donald Trump mendapat kritik karena pernyataan kontroversialnya bahwa invasi Rusia dan konflik Timur Tengah tidak akan terjadi jika ia masih menjadi presiden.