Saham Indomaret (DNET) Tiba-Tiba Terbang, Tapi Transaksi Kok Sepi?

Dok Situs Indomaret
Foto: Dok Situs Indomaret

Saham emiten ritel dan investasi milik Grup Salim, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), telah mengalami kenaikan signifikan beberapa hari terakhir. Kenaikan signifikan secara tiba-tiba ini ikut menarik perhatian regulator, dengan pihak Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan saham DNET dalam pantauannya hingga sempat mengalami suspensi untuk memberikan waktu jeda kepada investor.

Sebelum naik signifikan awal September, saham DNET diperdagangkan di level Rp 4.000-an dalam setahun terakhir. Namun saat ini, saham DNET telah menyentuh harga Rp 11.450 per saham dengan kapitalisasi pasar Rp 162 triliun. Bahkan selama bulan September saja, saham DNET telah naik 120%.

Kenaikan signifikan tersebut menimbulkan banyak tanda tanya, siapa sebenarnya sosok utama yang memborong saham DNET sehingga mengalami kenaikan signifikan.

Mengutip data perdagangan, saham milik Grup Salim tersebut nyatanya tidak ramai diperdagangkan. Lebih lanjut, tidak ada investor asing atau manajer investasi global yang pelan-pelang mengakumulasi saham yang juga merupakan pemilik dari Indomaret, Sari Roti dan KFC Indonesia.

Dalam empat hari perdagangan, 3-6 September 2024, secara kumulatif nilai transaksi di saham DNET hanya Rp 1 miliar atau sekitar Rp 250 juta per hari. Padahal pada medio tersebut saham DNET mengalami auto rejection atas (ARA) secara beruntun.

Kenaikan signifikan dengan nilai transaksi mini bisa saja terjadi, tetapi bukan hal yang lumrah. Saham DNET naik signifikan dan menyentuh ARA dengan transaksi minim mengindikasikan pemegang saham awal, termasuk ritel, urung melepas kepemilikan sahamnya di DNET. Sehingga investor lain yang ingin membeli saham DNET harus menawar di harga yang lebih mahal. Lalu, apabila di harga tertinggi yang diperbolehkan tidak ada investor awal yang mau melepas sahamnya, maka saham tersebut menyentuh batas ARA.

Hingga saat ini, masih belum diketahui apa penyebab harga saham DNET naik signifikan dan belum ada informasi terbaru yang diumumkan perusahaan kepada pemegang saham lewat laman keterbukaan informasi BEI. Namun, sempat beredar isu Grup Salim dirumorkan tertarik untuk mengambil bagian dalam entitas bisnis hasil merger antara PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN). Kabar ini beredar sejak Agustus 2024. DNET yang berstatus sebagai perusahaan investasi, bisa saja menjadi bagian penting apabilan rumor tersebut terbukti benar.

Saat ini, kenaikan saham emiten Grup Salim tersebut membuat DNET melewati kapitalisasi pasar salah satu pesaingnya, Sumber Alfaria Trijaya (AMRT), pengelola jaringan minimarket Alfamart yang valuasinya saat ini mencapai Rp 130 triliun.

Dari segi valuasi sederhana, jika dilihat dari rasio price to earnigs (PER), saham DNET sudah sangat mahal yakni mencapai 176,54 kali jika PER disetahunkan (annualized). Adapun rata-rata industrinya mencapai 15,66 kali.

Dari rasio price to book value (PBV), saham DNET juga sudah cukup mahal yakni mencapai 11,83 kali, jauh dari rata-rata industrinya yang mencapai 2,53 kali. Sementara untuk saham AMRT, PER annualized mencapai 35,22 kali, dengan PBV-nya yang mencapai 8,48 kali. 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*